Seekor Burung Pemakan Bangkai Menunggu Dengan Sabar Seorang Bayi yg Berjuang untuk Bertahan Hidup.
Tanah Afrika tak henti dirudung prahara. Di Zimbabwe, rakyat merana akibat wabah kolera dan hiperinflasi. Di Kenya, jutaan orang berisiko menderita kelaparan di tahun 2009. Namun, menurut Program Pangan Dunia (WFP) di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masih ada harapan bagi rakyat Kenya; apabila negara-negara di dunia bersatu memberikan bantuan masif meski di antara mereka masih berjibaku dengan krisis finansial global.
Menurut laporan WFP seperti yang dikutip AP, diperkirakan 3,2 juta penduduk Kenya memerlukan bantuan pangan lantaran kegagalan panen yang diakibatkan kekeringan berkepanjangan. Gagal panen saat ini adalah kegagalan ketiga kali yang berturut-turut dialami warga. Sebab itu, diperlukan bantuan sekitar 135 juta dolas AS untuk menanggulangi bencana di Kenya.
“Ini adalah situasi yang sangat menakutkan,” tutur jurubicara WFO Gabrielle Menezes. “Rakyat kini bergumul dengan harga pangan yang melambung tinggi dan harus berjuang untuk memberi makan diri mereka sendiri.”
Njira Mejuma, adalah salah satu rakyat Kenya yang tahun lalu menderita gagal panen. Akibatnya, ia pun bertahan hidup dengan memecahkan batu dan menjualnya untuk pembangunan jalan di Kenya. Dan, ketika tahun ini gagal panen berulang kembali, ibu muda itu terpaksa mengajak kelima anaknya untuk turut mencari uang. “Kami harus memilih, antara (membeli) pakaian atau makanan,” kata Mejima.
Ke depan, Mejuma berencana mengeluarkan anak-anaknya dari sekolah. Tak mudah bagi Mejuma mengambil keputusan itu, lantaran kebanyakan orang tua di Kenya percaya bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk merdeka dari belenggu kemiskinan.
Hasil panen yang biasanya memberi makan rakyat Kenya, kini layu bersama debu. Tidak ada biaya untuk membeli seragam sekolah dan buku-buku pendidikan di tahun ini. Harga pangan telah melambung tinggi. Sedangkan pekerjaan yang kini dilakoni Mejima bersama anak-anaknya, hanya menghasilkan sekitar 50 dolar AS atau lima ratus ribu rupiah tiap bulannya. Dan, uang sebesar itu hampir seluruhnya habis untuk makanan.
Di selatan Kenya—wilayah yang paling parah dampak kekeringannya bencana kelaparan memang belum begitu terasa, tapi beberapa lumbung petani yang harusnya penuh dengan hasil panen, kini kosong melompong. Beberapa televisi lokal bahkan menayangkan gambar sebuah keluarga yang tengah merebus bebuahan mentah liar agar cukup empuk untuk dimakan.
Pekerja WFP mensinyalir bahwa situasi akan kian memburuk para mendatang. Dan satu-satunya cara untuk menolong rakyat Kenya adalah yakni dengan mendanai program jangka panjang untuk membantu petani agar tak lagi gagal panen; membangun sistem irigasi untuk menanggulangi kekeringan.
“Ini adalah program-program yang akan menghasilkan perubahan nyata untuk masa mendatang dan mencegah krisis seperti ini,” ujar Menezes, meyakinkan.
Selain Kenya, beberapa negara di Afrika yang juga tengah mengalami krisis pangan adalah Uganda dan Tanzania. Itulah mengapa sulit bagi Kenya untuk mendapatkan pertolongan dari para negara-negara tetangga.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar