”Suami saya kok sekarang kalau ngomong ketus ya?”, ” Kakak saya kok lebih perhatian dengan pacar dan teman – temannya?”. ”Kok anak saya bersikap lebih bersikap manis dengan guru dibanding dengan saya ya?”. atau ”Anak saya sekarang lebih perhatian dengan teman – temannya”. Mungkinkah ini kalimat- kalimat diatas yang berada dibenak orang – orang yang kita sayangi ?Tanpa disadari terkadang kita lalai dengan apa yang telah kita miliki. Hanya sekedarnya perhatian yang kita berikan kepada adik, kakak, pasangan, atau sahabat. Kata – kata yang keluar dari lisan kita datar tanpa wujud kasih sayang. Kita begitu yakin mereka akan dengan setia selalu mencintai kita, tanpa perlu kita memberikan perhatian lebih kepada mereka.
Sebelum menikah atau pada awal pernikahan, begitu banyak perhatian yang kita berikan pada pasangan, kata- kata yang keluar pun selalu manis terdengar. Namun seriring waktu, karena kita telah mendapatkan cinta dan yakin ia akan selalu mencintai kita, kita tidak lagi memberikan bentuk kasih sayang seperti dahulu. Begitu juga dengan sahabat, pada awal persahabatan, hanya kata – kata manis dan perhatian yang kita berikan. Saat melihat ia dalam kesulitan, segenap usaha segera membantunya. Namun, seiring berjalannya waktu, semua bentuk perhatian itu pun berkurang bahkan terlupakan.
Bukankah kita selalu bersikap manis dengan orang yang baru kita kenal, pada client, atasan, atau orang – orang yang kita butuhkan? Namun kenapa justru kita seringkali lalai bersikap demikian pada orang – orang yang kita cintai dan mencintai kita? Bukankah ketika kita mencintai sesuatu, kita akan menjaganya baik-baik? Memperlakukan mereka sebagaimana mestinya, dengan penuh kasih sayang, perhatian dan tutur kata sopan. Menjaga mereka tentu juga bentuk bahwa kita bersukur pada Allah atas keberadaan mereka dalam kehidupan kita.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar